fakta tentang nabi musa
- Musa (1527-1408 SM) adalah seorang nabi yang menyampaikan Hukum Taurat dan menuliskannya dalam Pentateveh/Pentateukh (Lima Kitab Taurat). Musa adalah anak Amram bin Kehat dari suku Lewi, anak Yakub bin Ishak. Ia diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1450 SM. Ia ditugaskan untuk membawa Bani Israil keluar dari Mesir. Namanya disebutkan sebanyak 873 kali dalam 803 ayat dalam 31 buku di Alkitab Terjemahan Barudan 136 kali di dalam Al-Quran. Ia memiliki orang 2 anak (Gersom dan Eliezer) dan wafat di Tanah Tih (Gunung Nebo).
- Pandangan Yahudi dan KeKristenan
- Musa adalah seseorang yang diutus oleh Allah untuk pergi membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, dan menuntun mereka pada tanah perjanjian yang dijanjikan Allah kepada Abraham, yaitu tanah Kanaan.
- Musa harus melewati berbagai macam rintangan sebelum akhirnya benar-benar menerima mandat sebagai orang yang diutus oleh Allah untuk membebaskan bangsa Israel, seperti misalnya hampir dibunuh ketika ia masih bayi, dikejar-kejar oleh Firaun, sampai harus menjalani hidup sebagai pengembala di Midian selama 40 tahun . Itu semua diijinkan Tuhan untuk membentuk karakternya, sampai akhirnya Tuhan menemuinya sendiri dalam peristiwa semak belukar yang terbakar namun tidak dapat habis terbakar.
- Ketika Musa sudah menerima mandat untuk membebaskan bangsa Israel, kuasa Tuhan mulai menyertai Musa, ditandai dengan adanya mujizat-mujizat yang diadakan oleh Tuhan melalui Musa, baik ketika masa pembebasan Israel dengan tulah-tulah, maupun ketika masa perjalanan bangsa Israel ke Kanaan.
- Pada akhirnya, Musa tidak sampai memimpin bangsa Israel masuk ke tanah tersebut, oleh karena kesalahan perkataan Musa di Mara yang disebabkan oleh betapa pahit hati Musa menghadapi orang Israel. Musa hanya mengantarkan orang Israel sampai ke tepi sungai Yordan di mana di seberang sungai tersebut terletak Kanaan, tanah yang dijanjikan tersebut. Musa akhirnya digantikan oleh abdinya yang setia yaitu Yosua, yang pada akhirnya berhasil memimpin bangsa Israel masuk tanah Kanaan.
- Menurut Kitab Kejadian, nama Musa berarti “diangkat dari air”. Beberapa ahli kitab masih mempercayai bahwa “air” di Alkitab seringkali merupakan metafora yang menunjuk kepada bangsa kafir, setan (sebuah pemahaman yang dapat dimengerti untuk seorang pengembara di padang gurun), dan keduniawian.Maka itu, nama Musa menyimbolkan sebuah harapan keselamatan dari setan oleh Tuhan(?) selama Tuhan menuntun mereka ke tanah perjanjian. Musa juga memimpin bangsa Israel melewati Laut Merah, yang mana itu juga menunjukkan penyelamatan dari air.
- Dalam Hubungannya Dengan Kebudayaan Mesir Beberapa ahli kitab Yahudimempercayai bahwa nama Musa yang sesungguhnya adalah versi bahasa Mesir dari “diangkat (dari air)”, dan kemudian itu diserap ke dalam bahasa Yahudi, entah melalui tulisan dalam Alkitab, atau oleh Musa sendiri kemudian. Banyak ahli kitab modern mempercayai bahwa putri Firaun mungkin memberikan namanya dari bahasa Mesir “Mose”/”Mese”, yang artinya “anak” atau “keturunan” atau “pemberian”; contohnya: “Thutmose” berarti “anak dari Thoth”, dan Rameses berarti “anak yang diberi oleh Ra”. Banyak ahli kitabyang mempercayai bahwa Musa sesungguhnya memiliki nama lengkap dalam bahasa Mesir, dengan nama utama “Mose”/”Mese” dan digabung dengan nama dewa Mesir (mirip seperti Rameses), tapi nama dewa itu kemudian ditanggalkan, entah pada saat dia menggabungkan diri ke dalam budaya Israel, atau oleh penulis-penulis selanjutnya, yang merasa terganggu dengan fakta bahwa Nabi mereka memiliki nama Mesir yang sedemikian. Dalam bahasa Mesir kuno, kata “Mo” itu berarti “Air, sementara kata “Sa” berarti “Anak”. Nama lengkapnya “Mosa” berarti “anak dari air”, seperti fakta bahwa dia ditemukan dalam keranjang di atas air.
- Dari antara orang-orang Aram dan Neo-Hitit, penduduk di Sam’al Utara, Yaudi, menyebutkan bahwa ada jejak-jejak kebudayaan nenek moyang pahlawan Moschos, menunjuk kepada pahlawan Yunani Mopsus (yang mana namanya berarti “anak sapi” yang memiliki beberapa kesamaan dengan Musa [11] kesamaan-kesamaan ini hanya tetang berada di lokasi yang sama dan memiliki nama yang sama.
- Sebelum terjadinya perbudakan Israel, bangsa Israel hidup senang di tanah Mesir, selama bangsa Mesir berada di bawah pemerintahan Yusuf, yang adalah orang Israel. Yusuf merupakan orang Israel yang dijual ke tanah Mesir oleh saudara-saudaranya oleh karena iri hati. Namun oleh karena pertolongan Tuhan, Yusuf dapat melalui itu semua dan pada akhirnya menjadi penguasa tingkat dua mesir, setingkat langsung di bawah firaun yang waktu itu berkuasa. Firaun memberikan kuasa dan kepercayaan penuh kepada Yusuf untuk melakukan apapun yang dianggap Yusuf baik bagi Mesir, dan kemudian Yusuf memboyong keluarganya pindah ke tanah Mesir, karena di Kanaan tempat keluarganya dahulu berdiam terjadi kelaparan hebat. Itulah penyebab awal mula bangsa Israel dapat tinggal di Mesir. Musa adalah anak Amram dan Yokhebed, saudara dari ayah Amram yaitu Kehat, yang adalah kaum suku Lewi. Musa memiliki dua orang saudara, yaitu Miriam dan Harun. Musa dilahirkan di dalam pemerintahan Firaun. Setelah beberapa waktu, Yusuf pun meninggal. Dan berkuasalah seorang Firaun yang tidak mengenal Yusuf. Firaun ini khawatir dan cemas akan perkembangan jumlah bangsa Israel yang begitu besar jumlahnya, bahkan sudah melebihi jumlah dari bangsa Mesir sendiri. Firaun khawatir bangsa Israel suatu saat akan membelot dan bersekutu dengan tentara musuh ketika bangsa Mesir sedang menghadapi peperangan.
Firaun melakukan hal-hal ini untuk menekan laju pertumbuhan penduduk Israel:
- menempatkan pengawas-pengawas rodi untuk menindas bangsa Israel dengan paksa.
- menyuruh bidan-bidan yang membantu bangsa Israel bersalin untuk membunuh setiap bayi yang dilahirkan begitu keluar dari kandungan, apabila bayi tersebut laki-laki.
- menyuruh pengawalnya membunuh melemparkan semua bayi laki-laki yang ditemui ke sungai Nil.
Namun segala hal tersebut ternyata tidak dapat menekan angka pertumbuhan penduduk Israel, bahkan semakin bertambah banyak.
Pada saat itu, Yokhebed, ibu Musa,
melahirkan Musa, dan kelahiran itu dirahasiakan. Namun sesudah tiga
bulan, Yokhebed tidak mampu merahasiakannya lagi. Oleh karena itu,
Yokhebed mengambil sebuah keranjang pandan. Musa diletakkan di dalam
keranjang tersebut, dan kemudian keranjang itu dihanyutkan di sungai
Nil. Sementara itu kakak perempuannya, Miriam, mengamati dari jauh
tentang apa yang akan terjadi dengan keranjang itu.
Kemudian datanglah puteri Firaun, bersama
dayang-dayangnya untuk mandi di sungai Nil. Ketika ia melihat keranjang
tersebut, dia menyuruh dayangnya untuk mengambilnya. Ketika dibuka,
nampaklah bayi tersebut, dan puteri Firaun tersebut merasa kasihan.
Demikianlah puteri Firaun memutuskan untuk mengadopsi bayi tersebut
sebagai anaknya, karena ia sendiri tidak memiliki anak.
Kelahiran
Kitab Keluaran
1:8. Kemudian bangkitlah seorang raja
baru imemerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. 1:9 Berkatalah
raja itu kepada rakyatnya: “Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih
besar jumlahnya dari pada kita.
1:10 Marilah kita bertindak dengan
bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi
dan–jika terjadi peperangan–jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan
memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.” 1:11 Sebab itu
pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka
dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota
perbekalan, yakni Pitom dan Raamses. 1:12 Tetapi makin ditindas, makin
bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut
kepada orang Israel itu. 1:13 Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa
orang Israel bekerja, 1:14 dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan
yang berat, yaitu mengerjakan tanah liat dan batu bata, dan
berbagai-bagai pekerjaan di padang, ya segala pekerjaan yang dengan
kejam dipaksakan orang Mesir kepada mereka itu.
1:15. Raja Mesir juga memerintahkan
kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani, seorang bernama Sifra
dan yang lain bernama Pua, katanya: 1:16 “Apabila kamu menolong
perempuan Ibrani pada waktu bersalin, kamu harus memperhatikan waktu
anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika
anak perempuan, bolehlah ia hidup.” 1:17 Tetapi bidan-bidan itu takut
akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada
mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup. 1:18 Lalu raja Mesir
memanggil bidan-bidan itu dan bertanya kepada mereka: “Mengapakah kamu
berbuat demikian membiarkan hidup bayi-bayi itu?” 1:19 Jawab bidan-bidan
itu kepada Firaun: “Sebab perempuan Ibrani tidak sama dengan perempuan
Mesir; melainkan mereka kuat: sebelum bidan datang, mereka telah
bersalin.” 1:20 Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu;
bertambah banyaklah bangsa itu dan sangat berlipat ganda. 1:21 Dan
karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka berumah
tangga. 1:22 Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya:
“Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke
dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup.”
2:1. Seorang laki-laki dari keluarga Lewi
kawin dengan seorang perempuan Lewi; 2:2 lalu mengandunglah ia dan
melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu
cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. 2:3 Tetapi ia tidak dapat
menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti
pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di
dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai
Nil; 2:4 kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk
melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia.
2:5. Maka datanglah puteri Firaun untuk
mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi
sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau
itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. 2:6 Ketika
dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis,
sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: “Tentulah ini bayi
orang Ibrani.” 2:7 Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun:
“Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari
perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?” 2:8 Sahut
puteri Firaun kepadanya: “Baiklah.” Lalu pergilah gadis itu memanggil
ibu bayi itu. 2:9 Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: “Bawalah
bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah
kepadamu.” Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya.
2:10 Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun,
yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya:
“Karena aku telah menariknya dari air.”
Setelah berumur 40 tahun, Musa melarikan
diri dari Mesir karena ia membunuh seorang Mesir. Ia sampai ke Midian
dan menjadi penggembala domba selama 40 tahun lamanya. Ia menikahi putri
imam Zadok dan mempunyai dua orang anak. Kemudian Musa diutus oleh
Allah yang berbicara kepada Musa melalui semak yang menyala-nyala namun
tidak terbakar. Allah mengutus Musa untuk menyelamatkan bangsa Israel
dari perbudakan. Musa pun kembali ke Mesir untuk meminta Firaun
melepaskan bangsa Israel dengan ditemani Harun, kakaknya.
Firaun tidak bersedia melepaskan bangsa
Israel karena hatinya dikeraskan oleh Allah untuk menunjukkan kuasa
Allah kepada manusia. Akhirnya Allah menimpakan sepuluh tulah kepada
bangsa Mesir yang puncaknya diperingati oleh bangsa Yahudi sebagai hari
raya ‘Pesakh’ atau pelepasan (Paskah zaman Perjanjian Lama menurut orang
Kristen).
Musa memimpin bangsa Israel dari Mesir
menuju tanah perjanjian yang berlimpah susu dan madunya, yaitu tanah
Kanaan. Ketika mulai keluar dari Mesir, sang Firaun mengubah pikirannya
dan mengejar kembali orang Israel. Musa kemudian membelah Laut Merah
sehingga rakyat Israel yang hampir terkejar dapat menyeberang dan
kemudian Musa menenggelamkan para pengejar yang berusaha menangkap
kembali orang Israel. Selama perjalanan, bangsa Israel terus mengeluh
dan mencobai Allah sehingga Allah marah dan menghukum Israel mengembara
di padang pasir 40 tahun.
Musa menerima Sepuluh Perintah Allah di
bukit Sinai, dan menerima peraturan-peratuan peribadatan dan hukum-hukum
sipil yang dilakukan oleh bangsa Israel hingga hari ini. Allah dengan
perantaraan Musa melakukan banyak mujizat kepada bangsa Israel yang
tidak percaya seperti memberikan manna, air, dan burung puyuh
untuk menjadi makanan pokok orang Israel selama di gurun sehingga mereka
tidak kelaparan maupun kehausan. Setelah 40 tahun lamanya memutari
jazirah Arab, bangsa Israel sampai ke tanah Kanaan, namun sebelum
memasukinya, Musa naik ke bukit Horeb dan meninggal. Jasadnya diangkat
oleh Allah sehingga tidak ada kuburannya. Kepemimpinan Musa selanjutnya
digantikan oleh Yosua, seorang jenderal yang takut akan Tuhan.
Selama tugasnya tersebut, Musa melakukan berbagai pelayanan, antara lain:
Musa merupakan penulis 5 kitab pertama
dari Perjanjian Lama dari Alkitab. Kitab-kitab tersebut adalah Kejadian,
Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Kitab-kitab tersebut kemudian
dikenal di kalangan orang Yahudi dengan nama Taurat, karena di dalam
kitab-kitab tersebut terkandung banyak sekali perintah-perintah yang
disampaikan oleh Tuhan kepada Musa untuk bangsa Israel.
Musa mengatur kehidupan seluruh umat
Israel, dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ada di dalam
bangsa Israel. Namun semakin lama permasalahan itu semakin banyak, dan
Musa harus menangani permasalahan seluruh bangsa Israel yang mengantri
untuk diselesaikan permasalahannya dari pagi hingga malam hari. Atas
saran Yitro mertuanya, Musa mengangkat pemimpin-pemimpin atas bangsa itu
untuk menangani perkara-perkara yang kecil-kecil, sehingga Musa hanya
menangani masalah-masalah yang cukup besar saja.
Pembuat Tabut Perjanjian
Musa,
atas perintah Tuhan, membuat tabut perjanjian dan kemah suci, di mana
di dalam tabut perjanjian itu terletak dua loh batu yang berisi sepuluh
perintah Allah. Dalam pembuatan itu, Musa dibantu oleh Bezaleel bin Uri
bin Hur dari kaum Yehuda, dan Aholiab bin Ahisamakh dari suku Dan.
Mereka berdua adalah orang-orang yang diperlengkapi Tuhan dengan
keahlian.
Di dalam Alkitab, Musa
merupakan seseorang yang diutus oleh Tuhan untuk membebaskan bangsa
Israel dari perbudakan Mesir dan menuntun Israel menuju tanah
perjanjian, yaitu tanah Kanaan.
Di dalam Agama Kristen, Musa sangat
berperan dalam menuliskan perintah-perintah Tuhan secara tertulis,
seperti 5 kitab Taurat, yaitu Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan,
Ulangan. Musa juga dikenal sebagai orang yang mendapatkan 10 perintah
Allah, langsung dari Allah.
Musa juga berperan untuk menguak
sisi-sisi pribadi Allah, yang pada zaman orang Israel dianggap sebagai
Pribadi yang menakutkan dan cenderung untuk menghukum. Musa menunjukkan
bahwa bahkan pada zaman itu pun Musa dapat bergaul karib dengan Tuhan,
bahkan sampai disebutkan berbicara berhadap-hadapan muka dengan Allah
seperti sepasang sahabat.
Musa juga mengajarkan bagaimana untuk
menjadi seorang pemimpin yang penuh belas kasihan terhadap orang-orang
yang dipimpinnya. Di dalam banyak kesempatan ketika orang Israel
memberontak, Tuhan sudah “menawarkan” kepada Musa untuk mengambil jalan
pintas, yaitu dengan Tuhan memberantas seluruh orang Israel, dan akan
menjadikan dari Musa seorang, suatu keturunan, bangsa yang besar. Namun
Musa belajar untuk tidak mementingkan dirinya sendiri, dan
memperjuangkan orang Israel di hadapan Tuhan.
Namun Musa juga mampu marah bila saatnya
tepat. Musa sungguh-sungguh marah kepada orang Israel ketika orang
Israel, bahkan sampai Harun, kakaknya, berbuat dosa dengan menyembah
patung Lembu Emas, sementara Musa sedang naik ke gunung Sinai untuk
mendapatkan petunjuk dari Tuhan untuk bangsa Israel.
Pandangan Islam
Musa mendapat julukan Kalim Allah (Kalimullah)
yang artinya orang yang diajak bicara oleh Allah. Bahkan tidak jarang
dia berdialog dengan Allah, dialog antara seorang hamba yang sangat
dekat dengan Sang Kekasih Yang Maha Pengasih.
Musa bin Imran bin Fahis bin ‘Azir bin
Lawi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azara bin Nahur bin Suruj bin
Ra’u bin Falij bin ‘Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.
Kemudian Musa menikah dengan puteri Syu’aib yaitu Shafura (Shafrawa/Safora/Zepoporah) dan memiliki keturunan berjumlah 4 orang, mereka adalah Alozar, Fakhkakh, Mitha, Yasin, Ilyas.
Dikatakan dalam kisah Muhammad di perjalanannya menuju Sidrat al-Muntaha, ketika ia sampai di Langit Al-Khaliishah
(Keenam), bahwa Muhammad melihat Musa memiliki postur tinggi dan kekar,
berambut lebat, memiliki jenggot putih panjang menutupi dadanya,
rambutnya hampir menutupi badannya dan sembari memegang tongkat.[13]
Biografi
Kelahiran
Musa diutus Allah untuk memimpin kaum
Israel ke jalan yang benar. Ia merupakan anak Imran dan Yukabad binti
Qahat, dan bersaudara dengan Harun, dilahirkan di Mesir pada
pemerintahan Maneftah,sedangkan beberapa pendapat ia adalah ayah dari Maneftah yaitu Ramses Akbar atau “Thutmosis“.
Mimpi Firaun
Pada masa kelahiran Musa, Firaun membuat
peraturan untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir. Tindakan itu
diambil karena dia sudah terpengaruh oleh paranormal kerajaan yang
menafsirkan mimpinya. Firaun bermimpi Mesir terbakar dan penduduknya
mati, kecuali kaum Israel, sedangkan paranormalnya mengatakan kekuasaan
Fir’aun akan jatuh ke tangan seorang laki-laki dari bangsa Israel.
Karena cemas, dia memerintahkan setiap rumah digeledah dan jika
menemukan bayi laki-laki, maka bayi itu harus dibunuh.
Yukabad melahirkan seorang bayi laki-laki
(Musa), dan kelahiran itu dirahasiakan. Karena risau dengan keselamatan
Musa, akhirnya Musa dihanyutkan ke Sungai Nil ketika berusia 3 bulan.
Kemudian Musa ditemukan oleh Asiyah istri Firaun, yang sedang mandi dan
kemudian membawanya ke istana. Melihat istrinya membawa seorang bayi
laki-laki, Firaun ingin membunuh Musa. Istrinyapun berkata: “Jangan
membunuh anak ini karena aku menyayanginya. Lebih baik kita mengasuhnya
seperti anak kita sendiri karena aku tidak mempunyai anak.” Dengan
kata-kata dari istrinya tersebut, Firaun tidak sampai hati untuk
membunuh Musa.
Musa bertemu ibunya
Kemudian istri Firaun mencari pengasuh,
tapi tidak seorang pun yang dapat menyusui Musa dengan baik, dia
menangis dan tidak mau disusui. Selepas itu, ibunya sendiri mengajukan
diri untuk mengasuh dan membesarkannya di istana Firaun. Diceritakan
dalam Al-Quran: “Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang
hatinya dan tidak berduka cita dan supaya dia mengetahui janji Allah itu
benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”
Pada suatu hari, Firaun memangku Musa
yang masih kanak-kanak, tetapi tiba-tiba janggutnya ditarik Musa hingga
dia kesakitan, lalu berkata: “Wahai istriku, mungkin anak inilah yang
akan menjatuhkan kekuasaanku.” Istrinya berkata: “Sabarlah, dia masih
anak-anak, belum berakal dan belum mengetahui apa pun.” Sejak berusia
tiga bulan hingga dewasa Musa tinggal di istana itu sehingga orang
memanggilnya Musa bin Firaun. Nama Musa sendiri diberi keluarga Firaun.
“Mu” berarti air dan “sa” adalah tempat penemuannya di tepi sungai Nil.
Masa Kenabian
Musa menghadapi Firaun
Kisah permasalahan di antara mukjizat
Nabi Musa dengan sihir dari tukang sihir firaun dikata bermula disebab
satu peristiwa di mana pada satu ketika semasa Musa mengambil meninjau
di sekitar kota dan kemudian beliau melihat dua laki-laki sedang
berkelahi, masing-masing di kalangan Bani Israel bernama Samiri dan
bangsa Mesir, Fatun. Melihatkan kegaduhan itu Musa mau mententeramkan
mereka, tetapi ditepis Fatun. Tanpa berlengah Musa lalu mengayunkan satu
batu ke atas Fatun, lalu tersungkur dan meninggal dunia.
Ketika laki-laki itu meninggal dunia
karena tindakannya, Musa memohon ampun kepada Allah seperti dinyatakan
dalam al-Quran: “Musa berdoa: Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku telah
menganiayai diriku sendiri karena itu ampunilah aku. Maka Allah
mengampuninya, sesungguhnya Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”
Pernikahan Musa dengan Shafura binti Syu’aib
Tetapi, tidak lama kemudian orang banyak
mengetahui kematian Fatun disebabkan Musa dan berita itu turut
disampaikan kepada pemimpin kanan Firaun. Akhirnya mereka akan menangkap
Musa. Disebabkan terdesak, Musa mengambil keputusan keluar dari Mesir.
Ia berjalan tanpa arah dan tujuan, tetapi selepas lapan hari, beliau
sampai di kota Madyan, iaitu kota Nabi Syu’aib di timur Semenanjung
Sinai dan Teluk Aqabah di selatan Palestina.
Musa tinggal di rumah Nabi Syu’aib
beberapa lama sehingga menikah dengan anak gadisnya bernama Shafura.
Selepas menjalani kehidupan suami istri di Madyan, Musa meminta izin
Syu’aib untuk pulang ke Mesir. Dalam perjalanan itu, akhirnya Musa dan
isterinya tiba di Bukit Sinai. Dari jauh, beliau terlihat api, lalu
terfikir ingin mendapatkannya untuk dijadikan obor penerang jalan. Musa
meninggalkan istrinya sebentar untuk mendapatkan api itu. Apabila sampai
di tempat api menyala itu, beliau menemukan api menyala pada sebatang
pohon, tetapi tidak membakar pohon berkenaan. Ini membingungkannya dan
ketika itu beliau terdengar suara wahyu daripada Tuhan.
Selepas itu Allah berfirman kepadanya, bermaksud: “….Wahai Musa sesungguhnya Aku Allah, yaitu Tuhan semesta alam.”
Firman-Nya lagi, bermaksud: “Dan
lemparkan tongkatmu, apabila tongkat itu menjadi ular Musa melihatnya
bergerak seperti seekor ular, dia berundur tanpa menoleh. Wahai Musa
datanglah kepada-Ku, janganlah kamu takut, sungguh kamu termasuk orang
yang aman.”
Selepas itu Allah berfirman lagi kepada
Musa, maksudnya: “Masukkan tanganmu ke leher bajumu, pasti keluar putih
bersinar dan dekapkan kedua tanganmu ke dada kerana ketakutan….” Tongkat
menjadi ular dan tangan putih berseri-seri itu adalah dua mukjizat yang
dikurniakan Allah kepada Musa.
Kembali ke Mesir
Ketika beliau dalam perjalanan pulang
dari Madyan ke Mesir, bagi menghadapi Firaun dan pengikutnya yang fasik.
Firaun cukup marah mengetahui kepulangan Musa yang mau membawa ajaran
lain daripada yang diamalkan selama ini sehingga memanggil semua ahli
sihir untuk mengalahkan dua mukjizat berkenaan. Ahli sihir Firaun
masing-masing mengeluarkan keajaiban, ada antara mereka melempar tali
lalu menjadi ular. Namun, semua ular yang dibawa ahli sihir itu ditelan
ular besar yang berasal daripada tongkat Musa.
Firman Allah bermaksud: “Dan lemparkanlah
apa yang ada di tangan kananmu, pasti ia akan menelan apa yang mereka
buat. Sesungguhnya apa yang mereka buat itu hanya tipu daya tukang sihir
dan tidak akan menang tukang sihir itu dari mana saja ia datang.”
Semua keajaiban ahli sihir itu
dihancurkan Musa menggunakan dua mukjizat berkenaan, menyebabkan
sebagian dari kalangan pengikut Firaun, termasuk istrinya mengikuti
ajaran yang dibawa Musa. Melihatkan ahli sihir dan sebagian pengikutnya
beriman dengan ajaran Nabi Musa, Firaun marah, lalu menghukum golongan
berkenaan. Manakala istrinya sendiri disiksa hingga meninggal dunia.
Nabi Musa bersama orang beriman terpaksa
melarikan diri sehingga mereka sampai di Laut Merah. Namun, Firaun dan
tentaranya yang sudah mengamuk mengejar mereka dari belakang, tetapi
semua mereka mati tenggelam di dasar Laut Merah.
Al-Quran menceritakan: “Dan ingatlah
ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami
tenggelamkan Firaun dan pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.”
Musa bermunajat di Bukit Sina
Selepas keluar dari Mesir, Nabi Musa
bersama sebahagian pengikutnya dari kalangan Bani Israel menuju ke Bukit
Sina untuk mendapatkan kitab panduan daripada Allah. Namun, sebelum itu
Musa disyaratkan berpuasa selama 30 hari pada Zulkaedah. Ketika mahu
bermunajat, beliau beranggapan bau mulutnya kurang menyenangkan. Ia
menggosok gigi dan mengunyah daun kayu, lalu perbuatannya ditegur
malaikat dan beliau diwajibkan berpuasa 10 hari lagi. Dengan itu puasa
Musa genap 40 hari.
Sewaktu bermunajat, Musa berkata: “Ya
Tuhanku, nampakkanlah zat-Mu kepadaku supaya aku dapat melihatMu.” Allah
berfirman: “Engkau tidak akan sanggup melihatKu, tetapi coba lihat
bukit itu. Jika ia tetap berdiri tegak di tempatnya seperti sediakala,
maka niscaya engkau dapat melihatku.” Musa terus memandang ke arah bukit
yang dimaksudkan itu dan dengan tiba-tiba bukit itu hancur hingga masuk
ke perut bumi, tanpa meninggalkan bekasnya.Musa terperanjat dan gementar seluruh tubuh lalu pingsan.
Komentar
Posting Komentar